
Copypaste dari
Senior Gaya Hidup Sehat
Kluwak
bukan sekadar bumbu rawon. Daging di dalam biji picung berwarna
kecokelatan itu merupakan bahan pangan yang kaya vitamin, mineral,
karbohidrat, dan mengandung antioksidan. Bagaimana memanfaatkannya
secara optimal?
Rawon merupakan salah satu makanan tradisional
yang sangat dikenal di Nusantara. Keberadaannya mudah ditemukan dari
kaki lima hingga restoran mewah dan hotel-hotel berbintang. Peran rawon
dalam kuliner Indonesia, tidak hanya sebagai penambah khasanah makanan
tradisional, tapi juga memberikan kelezatan dan sumbangan gizi yang
cukup berarti.
Salah satu komponen penting yang ikut ambil bagian
dalam menunjang potensi rawon adalah kluwak. Tidak bisa dibayangkan apa
jadinya rawon tanpa kehadiran kluwak.
Banyak di antara kita yang
tidak menyadari bahwa warna cokelat kehitaman pada rawon serta
kelezatan rasanya, ditentukan oleh kehadiran kluwak. Selain sebagai
komponen bumbu, kluwak iuga memiliki banyak khasiat bagi kesehatan.
Kluwak
merupakan produk pangan berupa biji keras berwarna kelabu, dengan
daging licin berlemak dan berwarna kehitaman. Kluwak dibuat dengan cara
merebus biji picung, membungkusnya dengan abu, kemudian memendamnya di
dalam tanah selama kurang lebih 40 hari, agar terjadi proses fermentasi
(perombakan komponen oleh mikroba).
Oleh masyarakat Indonesia,
kluwak yang mempunyai flavor khas tersebut umumnya digunakan sebagai
rempah-rempah untuk pembuatan rawon. Masyarakat Jawa Barat menggunakan
kluwak sebagai salah satu komponen dalam pembuatan sambal kluwak.
Berawal dari biji picungTanaman picung (
Pangium edule) termasuk dalam
famili Flacourtiaceae, genus Pangium dan
spesies edule. Di Bali dan Kalimantan, picung sering disebut
pakem, di Jawa disebut kluwak, di Minangkabau disebut
kapencueng, kapecong, atau
simaung.
Tanaman
picung dapat hidup pada berbagai kondisi tanah dengan ketinggian
300-1.000 meter di atas permukaan laut, di daerah pinggiran sungai,
daerah hutan jati, tanah yang kering maupun tergenang air, tanah
berlempung, bahkan kadang-kadang pada tanah yang berbatu. Pohon picung
akan berbuah sesudah berumur 15 tahun.
Buah picung mengandung
20-30 biji yang berbentuk segitiga dengan panjang 5 cm. Kulit biji
kasar, berkayu, dan beralur. Biji-biji tersebut tertutup oleh daging
buah yang berwarna putih pada saat masih segar dan menjadi kehitaman
bila sudah lama disimpan.
Biji picung merupakan bagian dari
tanaman picung yang paling bernilai ekonomi penting. Namun, biji picung
paling banyak mengandung ginokardin, yaitu suatu glikosida yang mudah
melepaskan asam sianida.
Asam sianida yang dilepaskan ini
bersifat racun, yang pada konsentrasi rendah bila termakan atau terhirup
pernapasan, dapat menyebabkan orang sakit kepala, pening, mual, dan
muntah. Pada konsentrasi tinggi (50-60 mg), asam sianida tersebut dapat
menyebabkan paralisis dan kematian.
Meskipun asam sianida yang
terdapat dalam biji picung sangat beracun, asam sianida ini mudah
dihilangkan karena sifatriya larut dalam air dan menguap pada suhu 26
derajat Celsius. Dengan demikian, biji picung yang telah dicuci dan
direbus merupakan bahan pangan yang aman untuk dikonsumsi.
Proses pembuatanProses
pembuatan kluwak cukup mudah. Biji picung segar yang telah dicuci
kemudian direbus sekitar tiga jam. Salah satu tujuan dari proses
perebusan adalah untuk mencegah terjadinya germinasi (perkecambahan)
pada biji picung tersebut.
Jika biji picung dipendam dalam tanah
tanpa perebusan terlebih dahulu, biji akan berkecambah dan tumbuh
menjadi tanaman baru. Tahap perebusan biji merupakan tahap yang penting
selama pembuatan kluwak.
Proses pemanasan akan berpengaruh
tehadap komposisi kimia biji picung, terutama akan terjadi degradasi
(penguraian) beberapa komponen utama, yaitu lemak, karbohidrat, dan
protein. Perebusan biji picung selama satu jam akan mencegah
terbentuknya asam sianida.
Proses pemanasan juga akan
menonaktifkan enzim ginokardase, yaitu suatu enzim yang sangat berperan
dalam menghasilkan asam sianida, dengan cara menghidrolisis ginokardin.
Biji picung yang lebih tua mengandung ginokardin yang lebih sedikit
daripada biji yang lebih muda. Setelah biji matang, jumlah glikosida
berkurang dan pertumbuhan bijinya berhenti.
Sebelum dipendam di
dalam tanah, biji picung yang telah direbus dibungkus dengan abu dapur
dan daun cariyang (Homalomena javanica). Karena abu dapur bersifat
higroskopis (dapat menyerap air), abu dapur akan berfungsi untuk
melindungi biji dari penetrasi kelembaban udara selama proses pemeraman.
Penggunaan
daun cariyang belum diketahui fungsinya, tapi kemungkinan sebagai bahan
untuk mempertahankan kondisi luar biji picung. Lama waktu pemeraman
kurang lebih 40 hari.
Flavor khas dari kiuwak diduga berasal dan
asam glutamat, yang merupakan asam amino dominan di dalam kluwak
Sementara teksturnya yang lunak disebabkan oleh aktivitas enzim
B-glukosidase, yang mempunyai kemampuan sebagai enzim pektinase.
Kaya lemakKluwak
merupakan sumber fosfor yang cukup baik, yaitu 100 mg per 100 g.
Umumnya jumlah fosfor yang dianjurkan untuk dikonsumsi 800 mg per hari.
Peran fosfor menyerupai kalsium, yaitu dalam pembentukan tulang dan
gigi, serta untuk penyimpanan dan pengeluaran energi.
Biji picung
mengandung lemak cukup tinggi, sehingga dapat diambil minyaknya dengan
merebus biji selama 2-3 jam. Setelah kulit biji dipisahkan, daging biji
direbus lagi, dijemur, dan akhirnya dipres untuk diambil minyaknya.
Minyak biji picung dapat digunakan sebagai minyak goreng, sayangnya
cepat tengik, sehingga tidak disukai konsumen.
Menurut
Andarwulan dkk
(1999), kandungan lemak dan asam lemak bebas akan meningkat selama
proses fermentasi biji picung, tapi asam lemak yang dominan, yaitu asam
oleat dan asam linoleat, tidak berubah kadarnya. Sebaliknya, proses
fermentasi biji picung tidak mengubah komposisi asam amino pada kluwak
yang dihasilkan.
Aktivitas Antioksidan Sangat TinggiKandungan
vitamin C dan zat besi pada kluwak dapat berperan sebagai antioksidan
yang sangat baik. Penelitian mengenai khasiat antioksidan pada kluwak
telah banyak dilakukan.
Meiriyanto
(1988) melaporkan bahwa aktivitas antioksidan pada biji picung yang
difermentasi, meningkat dari hari ke-0 sampai hari ke-40 (sudah
berbentuk kluwak). Menurut
Fardiaz dan Romlah
(1992), ekstrak metanol biji picung yang sudah difermentasi mempunyai
aktivitas antioksidan yang lebih tinggi daripada ekstrak metanol dari
biji picung segar.
Antioksidan alami pada daging biji picung
terfermentasi juga mampu meningkatkan dan mempertahankan stabilitas
minyak selama proses oksidan. Selain itu, penambahan antioksidan kluwak
mampu menghambat oksidasi asam linoleat oleh oksigen.
Komposisi gizi per 100 g kluwak
Komponen Kimia | Kadar |
Energi (kkal) | 273 |
Protein (g) | 10 |
Lemak (g) | 24 |
Karbohidrat (g) | 13,5 |
Kalsium (mg) | 40 |
Fosfor (mg) | 100 |
Besi (mg) | 2 |
Vitamin A (SI) | 0 |
Vitamin C (mg) | 30 |
Vitamin B1 (mg) | 0,15 |
Sumber: Direktorat Gizi, Depkes (1992)Menurut
Herdawan
(1990), senyawa antioksidan pada daging biji picung mencapai 0,65
persen dari berat kering. Komponen biji picung yang memiliki aktivitas
sebagai antioksidan, antara lain vitamin C dan ion besinya.
Kaya Vitamin C dan Zat BesiDilihat
dari nilai gizinya, kluwak termasuk makanan berenergi tinggi. Kadar
energi per 100 gram daging kluwak 273 kkal. Konsumsi 10 buah biji picung
yang telah direbus, cukup untuk membuat orang merasa kenyang.
Selain
itu, kandungan vitamin C-nya cukup baik, mencapai 30 mg per 100 g.
Konsumsi vitamin C yang dianjurkan per hari adalah 75 mg untuk wanita
dewasa dan 90 mg untuk pria dewasa. Kekurangan vitamin C akan
menyebabkan penyakit sariawan atau skorbut.
Gejala penyakit
skorbut adalah terjadinya pelembekan tenunan kolagen, infeksi, dan
demam. Selain itu, terjadi pembengkakan dan perdarahan pada gusi,
gingivalis, anemia, dan deformasi tulang. Vitamin C sangat berperan
dalam proses penyembuhan luka melawan infeksi dan stres.
Kandungan
zat besi pada kluwak juga cukup baik, yaitu 2 mg per 100 g. Di dalam
tubuh, besi umumnya digunakan untuk pembentukan hemoglobin.
Hemoglobin
berperan untuk mengikat oksigen. Bersama aliran darah, oksigen diangkut
menuju ke berbagai jaringan untuk mendukung proses oksidasi
karbohidrat, lemak, dan protein menghasilkan energi.
Itulah
sebabnya, tanpa kehadiran hemoglobin yang cukup, seseorang mudah
mengalami gejala 3L (letih, lemah, dan lesu). Kondisi hemoglobin kurang
dari 12 g per 100 ml darah orang dewasa, dikatakan anemia. Zat besi juga
terdapat pada sel otot dalam bentuk mioglobin, untuk mengikat oksigen
dan memberi warna merah pada daging.
Kluwak sangat dianjurkan
bagi ibu yang sedang hamil, menyusui, atau bagi wanita yang sedang
menstruasi karena mereka sangat membutuhkan asupan zat besi lebih
banyak.
Kekurangan zat besi dapat pula terjadi pada pasien yang
terinfeksi cacing. Cacing akan mengisap darah dari saluran darah di
bawah mukosa alat pencernaan penderita.
Sebagai Bahan Pengawet
Biji
picung yang merupakan bahan dasar pembuatan kluwak, mempunyai sifat
antimikroba yang sangat baik, Sifat ini dapat diaplikasikan sebagai
pengawet pada berbagai produk pangansegar, seperti ikan.
Biji
picung terbukti dapat dimanfaatkan sebagai pengawet ikan segar.
Kombinasi 2 persen kluwak dengan 2 persen garam mampu mengawetkan ikan
kembung segar selama enam hari, tanpa perubahan mutu yang berarti.
Proses
pengawetan itu dimulai dengan mengupas biji picung, kemudian dilakukan
pencacahan daging biji picung, dan pencampuran cacahan biji picung
tersebut dengan garam. Campuran itulah yang kemudian dilumurkan pada
ikan kembung segar. Ikan kemudian dikemas dalam ember plastik bertutup,
dan dilakukan penyimpanan pada suhu kamar.
Komponen pada biji
buah picung yang bersifat antimikroba adalah asam sianida, asam
khaulmograt, asam hidrokarpat, asam glorat, dan tanin. Asam sianida
dapat hilang selama fermentasi biji picung, sedangkan tanin adalah
komponen fenolik yang bersifat antimikroba. Komponen biji picung
tersebut juga dapat melawan bakteri pembusuk ikan, yaitu:
Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli, dan
Staphylococcus aureus.Biji
picung juga dapat digunakan sebagai komponen bumbu, pengawet ikan, obat
kudis, sabun, pewarna benang, dan juga insektisida. Penambahan kluwak
(hasil fermentasi biji picung) sebagai salah satu komponen bumbu pada
pembuatan rawon, akan memberikan kontribusi yang cukup berarti dalam
hal: penampilan rawon (cokelat), aroma dan cita rasa, nilai-gizi
(terutama mineral), serta daya awetnya.
Komponen asam glutamat
pada kluwak sangat besar kontribusinya pada cita rasa rawon. Keberadaan
asam glutamat secara alami pada kluwak akan mencegah ketergantungan
kepada MSG (
monosodium glutamat) sebagai bahan penyedap. Dengan demikian, rawon akan menjadi masakan yang sehat dan sedap alami.
Kehadiran
kluwak pada rawon juga meningkatkan daya awet karena kluwak mengandung
senyawa kimia alami yang berperan sebagai antioksidan dan antibakteri.
Oleh:Prof.DR. Made AstawanAhli Teknologi Pangan dan Gizi